
Pemerintah akan mengintensifkan operasi pasar beras di 214 kabupaten/kota yang harga berasnya masih mahal, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Langkah ini diputuskan setelah rapat koordinasi antara Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani, Sekretaris Jenderal Kemendagri Tomsi Tohir, dan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi pada Selasa (2/9).
“Sekarang kita fokus, tinggal separuh kita operasi pasar besar-besaran di 214 kabupaten seluruh Indonesia. Kemarin itu baru awal untuk menggerakkan operasi pasar nasional,” kata Amran dalam konferensi pers.
Sejauh ini, operasi pasar dilakukan melalui program Gerakan Pangan Murah (GPM) di lebih dari 4.000 titik. Program tersebut berhasil menekan inflasi nasional pada Agustus 2025 menjadi 2,31 persen (yoy), turun dari 2,37 persen pada bulan sebelumnya.
Amran menyebut operasi pasar bisa dilanjutkan hingga akhir tahun, mengingat Bulog telah menyiapkan stok beras yang melimpah. “Bila perlu operasi pasar dilakukan sampai akhir tahun ini. Stok kita sangat cukup,” tegasnya.
Bulog saat ini menyiapkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) sebesar 1,3 juta ton, dengan total stok mencapai 4 juta ton. Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras nasional Januari–Oktober 2025 mencapai 31,04 juta ton, lebih tinggi dari realisasi sepanjang 2024 yang sebesar 30 juta ton. Hingga akhir tahun, produksi diproyeksikan mencapai 34 juta ton—lonjakan di atas 10 persen yang disebut Amran sebagai capaian tertinggi dalam 5–10 tahun terakhir.
GPM yang digelar serentak di 4.337 titik pada 25 Agustus 2025 bahkan mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI), melampaui rekor program serupa oleh Bapanas pada 28 Juni 2023 di 342 titik.

Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian juga meminta pemerintah memfokuskan operasi pasar di 214 daerah tersebut. “Pemerintah kita akan fokus minggu ini mungkin di 214 (daerah) itu,” ujar Tito dalam Rakor Inflasi di Jakarta, Selasa (2/9).
Data BPS pekan keempat Agustus 2025 mencatat, harga beras medium tertinggi di zona 1 dengan HET Rp 13.500 per kg berada di:
Kabupaten Wakatobi Rp 17.765 per kg
Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Rp 17.754 per kg
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Rp 17.000 per kg
Kabupaten Buton Utara Rp 16.875 per kg
Kabupaten Morowali Rp 16.842 per kg
Untuk beras premium di zona 1 dengan HET Rp 14.900 per kg, harga tertinggi tercatat di:
Kabupaten Wakatobi Rp 19.544 per kg
Kabupaten Kepulauan Talaud Rp 18.895 per kg
Kabupaten Buton Utara Rp 18.750 per kg
Kabupaten Dompu Rp 18.000 per kg
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Rp 18.000 per kg
Sementara itu, harga beras medium tertinggi di zona 3 dengan HET Rp 15.500 per kg mencapai:
Kabupaten Intan Jaya Rp 50.000 per kg
Kabupaten Puncak Rp 45.000 per kg
Kabupaten Pegunungan Bintang Rp 40.000 per kg
Kabupaten Tolikara Rp 30.000 per kg
Kabupaten Puncak Jaya Rp 25.000 per kg
Adapun harga beras premium tertinggi di zona 3 dengan HET Rp 15.800 per kg yaitu:
Kabupaten Intan Jaya Rp 60.000 per kg
Kabupaten Pegunungan Bintang Rp 40.000 per kg
Kabupaten Puncak Jaya Rp 35.000 per kg
Kabupaten Tolikara Rp 31.250 per kg
Kabupaten Lanny Jaya Rp 30.000 per kg