Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan siber dan komputasi cloud, Akamai Technologies, merilis laporan terbarunya yang menyoroti pentingnya mikrosegmentasi dalam memperkuat pertahanan siber, mengelola risiko, dan meningkatkan ketahanan bisnis.
Berdasarkan survei terhadap 1.200 pemimpin keamanan dan teknologi global, laporan berjudul "The Segmentation Impact Study: Why microsegmentation now defines enterprise cybersecurity, risk, and resilience" menemukan mikrosegmentasi secara signifikan memperpendek waktu pembatasan serangan ransomware dan menawarkan keuntungan terkait asuransi siber.
Temuan ini mendorong setengah dari organisasi yang belum mengadopsi mikrosegmentasi berencana untuk mengimplementasikannya dalam dua tahun ke depan. Sementara itu, dua per tiga dari organisasi yang telah mengaplikasikannya berniat meningkatkan investasi di bidang tersebut.
"Organisasi yang mengimplementasikan mikrosegmentasi merespons ancaman siber lebih cepat dan membayar premi asuransi yang lebih rendah," ujar Senior Vice President dan General Manager bidang Enterprise Security di Akamai, Ofer Wolf, dikutip Sabtu (11/10/2025).
Wolf menambahkan bahwa segmentasi, dikombinasikan dengan kendali kebijakan yang tepat, terbukti mengurangi peluang keberhasilan serangan siber, bahkan ketika penyerang menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menyamarkan diri dan mencari rute penetrasi jaringan.
"Melakukan segmentasi jaringan dan pembatasan pembobolan adalah pertahanan vital. Ini memungkinkan perusahaan fokus bekerja tanpa khawatir akan gangguan," ia memungkaskan.
Adopsi Mikrosegmentasi Masih Tertinggal
Meskipun 90% organisasi sudah menerapkan segmentasi pada tingkat tertentu, hanya 35% yang telah mengimplementasikan mikrosegmentasi di seluruh lingkungan jaringan mereka.
Kesenjangan antara niat dan pelaksanaan ini membuat banyak perusahaan terekspos terhadap ancaman siber yang semakin kompleks.
Merespons ancaman ini, sebagian besar perusahaan menunjukkan kesiapan untuk bergerak. Setengah dari perusahaan yang belum menerapkan berencana mengadopsi mikrosegmentasi dalam dua tahun mendatang, dan lebih dari dua per tiga (68%) perusahaan yang sudah menggunakannya akan menambah investasi mereka.
Adopsi ini didorong oleh sejumlah motivasi utama, seperti:
- Membatasi Serangan Ransomware: Sebanyak 79% organisasi mengalami setidaknya satu serangan ransomware dalam dua tahun terakhir. Di antara organisasi yang telah mengadopsi, 63% melakukannya untuk membatasi serangan ini dan mencegah penyebarannya ke seluruh jaringan.
- Melindungi Aset Penting: 74% organisasi menjadikan perlindungan aset berisiko tinggi sebagai alasan utama adopsi.
- Respons Insiden Lebih Cepat: 56% organisasi ingin merespons insiden keamanan lebih cepat dan efektif.
- Melindungi dari Ancaman Internal: 57% berniat melindungi sistem dari ancaman orang dalam, baik yang disengaja maupun tidak.
- Memenuhi Persyaratan Regulasi: 57% mengadopsi mikrosegmentasi untuk mematuhi standar regulasi dan menghindari sanksi.
Laporan tersebut secara spesifik mencatat bahwa organisasi besar (dengan pendapatan tahunan di atas USD 1 miliar) yang menerapkan mikrosegmentasi mengalami penurunan waktu pembatasan ransomware sebesar 33%, yang secara substansial mempersingkat waktu mitigasi.
Peran Kunci dalam Asuransi Siber
Di tengah lanskap ancaman yang semakin berisiko, asuransi siber menjadi hal yang esensial. Selain membantu pemulihan finansial pascaserangan, asuransi juga mendorong pertahanan yang lebih cerdas.
Laporan Akamai mengungkapkan bahwa 75% organisasi yang disurvei melaporkan perusahaan asuransi kini menilai postur segmentasi dalam proses analisis risiko. Artinya, kesiapan segmentasi jaringan secara langsung memengaruhi kondisi asuransi siber.
Organisasi yang menggunakan mikrosegmentasi melaporkan sejumlah manfaat terkait asuransi siber:
- Premi Asuransi Lebih Rendah: 60% organisasi yang disurvei telah memperoleh potongan premi berkat kesiapan segmentasi mereka.
- Hasil Klaim Lebih Baik: 74% yakin bahwa segmentasi yang kuat meningkatkan kemungkinan diterimanya klaim asuransi mereka.
- Pelaporan Audit Lebih Sederhana: 85% melaporkan segmentasi mempermudah pelaporan audit, yang mana 33% di antaranya mengalami penurunan biaya terkait pengesahan dan jaminan.
Tantangan Adopsi dan Jalan ke Depan
Meski kesadaran meningkat, banyak organisasi masih terhenti di tahap awal adopsi, dan masih mengandalkan segmentasi jaringan konvensional. Hal ini membuat mereka rentan terhadap gerakan lateral penyerang di dalam jaringan.
Responden menyebutkan sejumlah tantangan utama dalam implementasi, termasuk kompleksitas jaringan (44%), celah visibilitas (39%), dan penolakan operasional (32%).
Meski demikian, organisasi yang berhasil mengatasi hambatan ini melaporkan penurunan sistem yang disusupi, biaya pemulihan yang lebih rendah, dan kelangsungan bisnis yang lebih kuat.
Akamai sendiri menyatakan telah berinvestasi pada AI untuk mengatasi tantangan adopsi mikrosegmentasi, mendorong implementasi yang lebih efektif.