Liputan6.com, Jakarta- Dunia sepak bola Asia Tenggara digegerkan dengan terkuaknya skandal pemalsuan dokumen naturalisasi yang melibatkan Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) dan tujuh pemain Tim Nasional Malaysia. Badan sepak bola dunia, FIFA, telah merilis hasil investigasi komprehensif yang membongkar praktik manipulasi data garis keturunan para pemain tersebut. Penemuan ini berawal dari kecurigaan publik setelah pertandingan kualifikasi Piala Asia 2027.
FIFA secara resmi menjatuhkan sanksi berat kepada FAM dan ketujuh pemain naturalisasi setelah penyelidikan mendalam atas kasus pemalsuan ini. Sanksi tersebut mencakup denda finansial yang signifikan serta larangan beraktivitas dalam sepak bola bagi para pemain. Kasus ini menjadi sorotan utama karena melibatkan integritas proses naturalisasi dan kredibilitas kompetisi internasional.
Skandal ini bermula dari laporan resmi yang masuk ke FIFA, mempertanyakan kelayakan para pemain yang baru saja membela Malaysia dalam kualifikasi Piala Asia.
Investigasi FIFA kemudian menelusuri semua dokumen yang diajukan, hingga akhirnya menemukan bukti kuat pemalsuan sertifikat kelahiran leluhur.
Awal Mula Program Naturalisasi dan Kecurigaan Publik
Pada awal tahun 2025, Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) kembali menggalakkan program naturalisasi pemain asing, terinspirasi dari keberhasilan negara-negara lain. Tujuh pemain yang berasal dari Argentina, Spanyol, dan Portugal berhasil dinaturalisasi untuk memperkuat Timnas Malaysia.
Presiden FAM, Datuk Joehari Ayub, bahkan sempat menyatakan bahwa seluruh pemain naturalisasi ini telah mendapatkan persetujuan dan verifikasi menyeluruh dari FIFA.
Puncak dari program ini terjadi pada 10 Juni 2025, ketika ketujuh pemain naturalisasi tersebut diturunkan dalam pertandingan kualifikasi Piala Asia 2027 melawan Vietnam. Malaysia berhasil meraih kemenangan telak 4-0. Namun, penampilan gemilang ini justru memicu kecurigaan dari warganet, baik di Malaysia maupun Indonesia, terkait minimnya jejak diaspora Malaysia di negara asal para pemain.
Kecurigaan ini menjadi titik awal dari terkuaknya pemalsuan pemain naturalisasi Timnas Malaysia. Pertanyaan mengenai asal-usul dan proses naturalisasi mereka mulai mencuat ke permukaan. Hal ini kemudian mendorong pihak-pihak tertentu untuk mengambil langkah lebih lanjut.
Laporan Resmi ke FIFA dan Investigasi Mendalam
Sehari setelah pertandingan melawan Vietnam, tepatnya pada 11 Juni 2025, FIFA menerima laporan resmi yang mempertanyakan kelayakan (eligibilitas) beberapa pemain naturalisasi Malaysia. Federasi sepak bola Vietnam dikabarkan menjadi salah satu pihak yang melayangkan laporan tersebut, menyoroti dugaan pelanggaran eligibilitas pemain. Pengadu meyakini bahwa proses naturalisasi dan debut internasional para pemain terjadi dalam jangka waktu yang meragukan.
Menanggapi laporan tersebut, Komite Disiplin FIFA (FDC) segera memulai penyelidikan mendalam yang berlangsung dari Juni hingga September 2025. Investigasi ini difokuskan pada verifikasi garis keturunan para pemain dan penelusuran semua dokumen naturalisasi yang diajukan oleh FAM. FIFA berupaya membongkar kejanggalan dokumen dengan membandingkan data yang diajukan FAM dengan data asli yang berhasil mereka peroleh.
Dalam proses investigasi ini, FIFA berhasil mendapatkan salinan sertifikat lahir kakek-nenek dari ketujuh pemain. Ini menjadi kunci penting dalam kronologi penemuan fakta pemalsuan pemain naturalisasi Timnas Malaysia. Temuan ini kemudian mengarah pada bukti konkret adanya manipulasi dokumen yang signifikan.
Temuan Mengejutkan FIFA: Pemalsuan Dokumen Garis Keturunan
Hasil investigasi FIFA mengungkapkan fakta mengejutkan bahwa sertifikat kelahiran leluhur yang menjadi dasar pewarganegaraan para pemain telah dimanipulasi. Dokumen tersebut mencantumkan tempat lahir palsu di Malaysia, padahal kenyataannya para leluhur tersebut lahir di negara lain. Praktik pemalsuan ini menjadi inti dari kronologi penemuan fakta pemalsuan pemain naturalisasi Timnas Malaysia.
Berikut adalah beberapa temuan spesifik FIFA terkait pemalsuan dokumen:
- Gabriel Felipe Arrocha (Palmero): Klaim FAM menyebut neneknya lahir di Melaka, Malaysia, namun FIFA menemukan ia lahir di Santa Cruz de la Palma, Spanyol.
- Facundo Tomas Garces: Klaim FAM menyebut kakeknya lahir di Penang, Malaysia, namun FIFA menemukan ia lahir di Villa María Selva, Argentina.
- Rodrigo Julian Holgado: Klaim FAM menyebut kakeknya lahir di George Town, Malaysia, namun FIFA menemukan ia lahir di Caseros, Argentina.
- Imanol Javier Machuca: Klaim FAM menyebut neneknya lahir di Penang, Malaysia, namun FIFA menemukan ia lahir di Roldán, Argentina.
- Joao Vitor Brandao Figueiredo: Klaim FAM menyebut neneknya lahir di Kuala Lumpur, Malaysia, namun FIFA menemukan ia lahir di Abre Campo, Brasil.
- Jon Irazabal Iraurgui: Klaim FAM menyebut kakeknya lahir di Kuala Lumpur, Malaysia, namun FIFA menemukan ia lahir di Villa de Guernica y Luno, Spanyol.
- Hector Alejandro Hevel Serrano: Klaim FAM menyebut neneknya lahir di Ipoh, Malaysia, namun FIFA menemukan ia lahir di Amsterdam, Belanda.
Laporan yang mengungkap asal-usul asli para pemain ini ditandatangani langsung oleh Direktur Yudisial FIFA, Luis Villas-Boas Pires, memperkuat validitas temuan tersebut. FIFA juga sempat mempertanyakan data asli kepada Jabatan Pendaftaran Negara (JPN) dan Kementerian Dalam Negeri (KDN) Malaysia, yang mengaku mengesahkan berdasarkan informasi sekunder dari agensi luar.
Sanksi Berat dari FIFA dan Respons FAM
Pada 26 September 2025, Komite Disiplin FIFA secara resmi menjatuhkan sanksi berat kepada FAM dan ketujuh pemain naturalisasi. Sanksi ini diberikan setelah terbukti adanya pelanggaran Pasal 22 Kode Disiplin FIFA terkait pemalsuan dan penggunaan dokumen palsu. FAM didenda sebesar 350.000 franc Swiss, sementara ketujuh pemain masing-masing didenda 2.000 franc Swiss dan dijatuhi larangan beraktivitas dalam seluruh kegiatan sepak bola selama 12 bulan secara global.
Konsekuensi dari sanksi ini tidak hanya terbatas pada denda dan larangan bermain. Kemenangan Malaysia 4-0 atas Vietnam pada 10 Juni 2025 berpotensi dibatalkan dan dinyatakan kalah 0-3, mengubah hasil kualifikasi Piala Asia 2027. Pada 6 Oktober 2025, FIFA merilis laporan investigasi lengkap yang memuat 69 poin bukti, secara mutlak menjabarkan pelanggaran yang dilakukan.
Menanggapi keputusan ini, pada 7 Oktober 2025, FAM menyatakan akan mengajukan banding. Mereka mengklaim telah bertindak dengan itikad baik dan transparan selama proses naturalisasi, serta bahwa FIFA sebelumnya telah meninjau dan mengonfirmasi kelayakan para pemain. Namun, Menteri Dalam Negeri Malaysia sebelumnya juga sempat menyatakan bahwa pemberian kewarganegaraan dilakukan melalui proses yang "sangat teliti".