
MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan ekonomi Indonesia tetap tangguh menjaga stabilitas di tengah ketidakpastian global. Menurutnya, kondisi perekonomian dunia saat ini masih penuh tantangan dan sulit diprediksi, namun Indonesia tetap menunjukkan kinerja yang solid.
Pada kuartal II 2025, pertumbuhan ekonomi nasional tercatat sebesar 5,12%. Capaian ini menempatkan Indonesia di antara sedikit negara G20 yang masih mencatat pertumbuhan positif.
"Hal ini menjadi tanda bahwa di tengah ketidakpastian, kita masih bisa menjaga stabilitas ekonomi," kata Airlangga di Jakarta, Selasa (7/10).
Selain itu, indeks harga saham gabungan (IHSG) sempat menyentuh titik tertinggi atau all time high (ATH) di level 8.022,76 pada 28 Agustus lalu dan diperkirkan akan terus berlanjut. Kata Airlangga, ini mencerminkan tingkat kepercayaan investor internasional terhadap perekonomian nasional yang tetap kuat.
Dari sisi investasi, lanjutnya, realisasi pada semester pertama tahun ini mencapai Rp942 triliun, meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu. Pemerintah optimistis target kuartal III sebesar Rp1.400 triliun dapat tercapai, dengan proyeksi akhir tahun mencapai Rp1.900 triliun.
Pemerintah juga menargetkan pertumbuhan ekonomi tetap di atas 5%, dan dalam jangka menengah diharapkan bisa menembus 8%. Kebijakan fiskal juga akan terus dijaga secara hati-hati (prudent), dengan defisit di bawah 3% dan rasio utang di bawah 40% terhadap produk domestik bruto.
"Di tengah ketidakpastian global, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi yang kuat. Kita tumbuh, dan mendapat apresiasi dari berbagai pemimpin dunia," kata Politikus Partai Golkar itu.
Kinerja makroekonomi juga menunjukkan hasil positif. Cadangan devisa tercatat sekitar US$150 miliar dolar AS pada Agustus 2025, sementara inflasi berada di level 2,65%, masih dalam kisaran target 2 persen ±1 persen.
Dalam upaya memperkuat pembiayaan pembangunan, Indonesia telah membentuk Danantara dengan aset kelolaan lebih dari 1 triliun dolar AS, sebagai bagian dari transformasi pengelolaan BUMN.
Pemerintah juga meluncurkan bullion bank atau bank emas, mengingat emas kerap menjadi instrumen investasi aman (safe haven) di masa gejolak ekonomi. Saat ini, Bank BRI dan Bank Syariah Indonesia menjadi dua lembaga yang menjalankan fungsi bank emas.
Produk emas nasional juga telah dapat dimurnikan di dalam negeri oleh PT Freeport McMoran, dengan kapasitas 60–70 ton per tahun.
"Emas kini dapat disimpan dan dimonetisasi di dalam negeri," kata Airlangga.
Selain memperkuat sektor dalam negeri, Indonesia juga aktif memperluas kerja sama internasional. Bergabungnya Indonesia dalam kelompok BRICS bersama India dan Tiongkok memperkuat posisi dan daya tawar dalam percaturan ekonomi global.
Di sektor perdagangan, Airlangga menambahkan, Indonesia telah menandatangani Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan Uni Eropa, yang membuka akses pasar hingga 680 juta penduduk. Melalui kesepakatan ini, produk Indonesia akan menikmati tarif 0 persen mulai 2027.
Selain itu, Indonesia juga tengah melanjutkan negosiasi dagang dengan Amerika Serikat. Meski sempat tertunda akibat shutdown pemerintahan AS, kesepakatan yang sudah ada memberi tarif 19% untuk sejumlah produk ekspor Indonesia seperti tekstil, furnitur, garmen, sepatu, serta makanan dan minuman.
"Kerja sama serupa juga dijalin dengan Kanada melalui CEPA, yang membuka akses pasar lebih luas bagi produk nasional," pungkasnya. (Ins/I-1)