Cara Mudah Pulihkan Kepercayaan Rakyat: Bersikap Jujur, Berhenti Mencuri

3 hours ago 4
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Ilustrasi kunci jadi pemimpin. Foto: Shutterstock

Dua pekan lagi, pemerintahan yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto akan memasuki usia tahun pertamanya; masih ada empat tahun tersisa. Dua pekan lagi, waktu yang baik untuk melakukan evaluasi sekaligus koreksi. Ada prinsip sederhana dalam ilmu manajemen: do not fix unbroken things, but, there is always room for improvement. Jangan perbaiki hal yang tidak rusak, jangan mencari-cari kesalahan, tetapi selalu ada ruang perbaikan.

Indonesia adalah tubuh yang satu. Ketika muncul satu saja "bisul", sakitnya bisa dirasa seluruh tubuh. “Bisul” itu bisa berupa cacatnya demokrasi, politik yang tuna-etik, KKN yang mewabah, lumpuhnya hukum, kerusakan ekologi, ketimpangan ekonomi, hingga bahaya otoritarianisme yang menghantui. Mari berterus terang, jangan terus berputar-putar dalam kubangan eufimisme yang dapat menjerumuskan. Dengan jujur harus kita akui, "bisul-bisul" di atas memang mengepung hidup warga negara dan bertebaran seperti alarm darurat. Untuk mengatasinya, akar atau biangnya harus dicari karena obat salep untuk permukaan tak lagi mempan.

Tugas Pokok Pengurus Negara

Konsep “Pengurus Negara” memberi pesan sekaligus alasan pokok bahwa para pemimpin publik sejatinya adalah para pekerja “empat proyek bernegara”—sebagaimana diamanahkan oleh Pembukaan UUD 1945: 1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan segenap tumpah darah Indonesia, 2) mencerdaskan kehidupan bangsa, 3) memajukan kesejahteraan umum, dan 4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Harus terus diinsafi bahwa rakyat (pembayar pajak) adalah "Si Tuan", pemilik kedaulatan satu-satunya; sedangkan para pemegang otoritas (baik eksekutif, legislatif, maupun yudikatif) adalah pengurus negara. Tugas pokok para pengurus negara adalah mengayomi, melindungi, dan melayani tuannya, yaitu rakyat! Jadi, jika kinerja dan perilaku pengurus negara melenceng—bahkan malah melawan tugas pokok itu—satu-satunya "Si Tuan" (rakyat atau warga negara) wajiblah menegur. Kala imbauan dan nasihat sudah makin tidak bertaji, peluit harus ditiup, kartu kuning harus diangkat, bahkan bila perlu kartu merah. Begitulah seharusnya kepatutan bernegara.

Bila simtom demi simtom diteliti, lalu ditelusuri apa atau di mana sumbernya; boleh jadi salah satu akar persoalan bangsa kita adalah absennya kepemimpinan sejati (intrinsic leadership) berikut keteladanan moralnya. Selama satu dekade, terjadi kemerosotan moralitas kepemimpinan negara. Era demokrasi yang dihasilkan oleh gerakan reformasi 1998 telah dikorupsi dan dimanipulasi. Para pemimpin tidak lagi menampilkan sisi luhur pengurus negara.

Sebaliknya, mereka mengumbar keserakahan demi diri dan keluarganya, seperti tak mengenal kata cukup. Sebagian elite politik berperilaku seperti boleh melakukan apa saja ketika berkuasa, seolah kekuasaan tak ada batasnya. Kekuasaan diurus seperti aset pribadi, asyik-masyuk saling melayani antarkerabat dan sahabat, lupa tugas melayani rakyat. Tak berhenti sampai di situ. Idealisme, moralitas, dan usaha untuk menjaga kelurusan cara bernegara menjadi bahan tertawaan, ditekan, bahkan mengalami perundungan. Tentunya, hal tersebut dapat dikatakan jahat, bukan?

Waktu Tersedia, Mulai dari Hal Sederhana

Saat ini kita telah berada di titik waktu yang menentukan: tiga tahun menjelang seabad Sumpah Pemuda dan dua dekade menuju seabad kemerdekaan. Sayangnya, dalam sisa waktu yang pendek ini, cita-cita para Ibu dan Bapak Bangsa yang ditorehkan dalam naskah Sumpah Pemuda, naskah Proklamasi, dan Konstitusi UUD 1945, sedang mengalami ujian berat. Rasa saling percaya warga—terutama kepercayaan rakyat pembayar pajak kepada para pengurusnya—mengalami defisit. Besarnya otoritas yang diberikan kepada para pengurus negara tak ditopang oleh legitimasi berbasis moralitas.

Maka, satu-satunya cara yang harus ditempuh untuk membangun kepercayaan rakyat adalah dengan mengembalikan kepemimpinan moral, mengembalikan nilai-nilai luhur dalam kepengurusan negara. Lalu, bagaimana caranya? Tentunya, hal tersebut tak perlu dibahas berbusa-busa. Rakyat pun banyak yang tahu, tentunya mereka yang berada di tribun kekuasaan. Mulailah dari yang sederhana: bersikap jujur dan berhenti mencuri. Percayalah, sikap jujur dan berhenti mencuri akan menyelesaikan banyak hal. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita semua.

Rektor Universitas Harkat Negeri, Sudirman Said Foto: Dok. Istimewa

Penulis: Sudirman Said, Rektor Universitas Harkat Negeri, salah satu pemrakarsa Forum Warga Negara.

Read Entire Article