
VP Corporate Communications PT Freeport Indonesia Katri Krisnati menyampaikan 100 ribu ton konsentrat tembaga tidak dapat diproses karena terdapat penundaan startup fasilitas smelter akibat perbaikan pabrik oksigen di PT Smelting.
"Penundaan startup ini diperkirakan mengakibatkan sekitar 100 ribu ton konsentrat tidak dapat diproses," ucapnya, Rabu (20/8).
Perhitungan tersebut berdasarkan kepada kapasitas pemurnian konsentrat di smelter PT Smelting yang mencapai 1,3 juta ton per tahun.
Ia juga menjelaskan bahwa perbaikan pada pabrik oksigen di PT Smelting telah menyebabkan penundaan startup fasilitas smelter, setelah shutdown selama satu bulan untuk perawatan.
"Kami sedang melakukan analisis mendalam dampak penundaan ini terhadap operasi produksi upstream PT Freeport Indonesia," kata dia.
Pernyataan tersebut terkait dengan kabar Freeport McMoRan Inc yang menjual bijih tembaga akibat gangguan pabrik di Indonesia. Langkah tersebut diakibatkan oleh insiden yang mempengaruhi pabrik oksigen di PT Smelting.
Insiden di pabrik oksigen itu berbeda dengan insiden kebakaran yang terjadi di unit asam sulfat sebelumnya. Insiden kebakaran unit asam sulfat berlangsung pada Oktober 2024 di Smelter Manyar, yang juga berlokasi di Gresik, Jawa Timur.
Pada insiden sebelumnya, pemerintah mengabulkan permintaan Freeport Indonesia ihwal relaksasi izin ekspor konsentrat tembaga, dari yang semula ditetapkan untuk berakhir pada Desember 2024, menjadi pertengahan 2025.
Relaksasi tersebut diberikan sebab hasil investigasi menyatakan kebakaran unit asam sulfat di Smelter Manyar bukan diakibatkan oleh kelalaian atau kesalahan dari pekerja, melainkan oleh kejadian kahar (force majeure). (Ant/E-1)