Pendanaan dari JICA disepakati lewat skema perjanjian kerja sama dengan Agroindustrial Corp Limited (ECOM) dan grup perusahaannya ECOM Agroindustrial Asia Pte Limited (EAA). Pinjaman ini juga merupakan skema co-financed atau pembiayaan bersama dengan Asian Development Bank (ADB).
“Proyek ini akan memperkuat rantai pasok kopi dan membantu dalam mengentaskan kemiskinan para petani, ketidaksetaraan gender, kerentanan terhadap iklim, dan kebutuhan akan peluang ekonomi yang berkelanjutan di kawasan ini,” kata Director General, JICA Private Sector Partnership and Finance Department, Takehiro Yasui dalam keterangan tertulis, Selasa (7/10).
Pendanaan proyek meliputi modal bagi petani kopi skala kecil, penyediaan konsultasi untuk sertifikasi kopi, proyek percontohan adaptasi perubahan iklim, dan dukungan terhadap petani perempuan.
Saat ini, Indonesia merupakan produsen kopi terbesar ketiga di dunia. Sebagian besar kopi Tanah Air dihasilkan oleh petani kecil.
Meski demikian, petani di Indonesia masih mengalami berbagai tantangan produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik utamanya terkait dengan masalah iklim. Maka, penguatan rantai pasok dengan adanya pendanaan tersebut juga akan berdampak signifikan pada sektor perkebunan kopi di Indonesia.
Keberadaan pendanaan dari JICA tersebut juga sejalan dengan Kebijakan Strategis Pertanian 2020-2024 Indonesia yang menjadikan kopi sebagai komoditas perkebunan strategis. Dalam RPJMN 2025-2029, kopi juga menjadi komoditas utama untuk mempercepat pembangunan daerah.
Selain itu, negara-negara G7 juga sudah menetapkan inisiatif yang publik-swasta untuk mendukung rantai pasok kopi global serta petani kopi skala kecil di negara penghasil kopi.
Ke depan, Takehiro menuturkan JICA juga akan tetap berkomitmen untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di kawasan dengan berbagai kemitraan strategis dan pembiayaan yang inovatif.
“Kami berharap ke depannya dapat memperluas skema pembiayaan kami untuk mendukung bisnis rantai pasokan seperti ini,” ujar Takehiro.