
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron akan menunjuk perdana menteri baru dalam 48 jam ke depan, menurut pernyataan resmi dari Istana Élysée, Rabu (8/10). Keputusan ini muncul di tengah krisis politik berkepanjangan dan spekulasi akan digelarnya pemilu legislatif dini.
Langkah Macron dilakukan setelah Sébastien Lecornu, perdana menteri yang baru menjabat sejak awal tahun, mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin lalu. Lecornu menjadi perdana menteri ketiga yang lengser dalam waktu kurang dari satu tahun, akibat kebuntuan politik di parlemen yang terpecah secara ideologis.
Namun, Lecornu diminta untuk tetap menjabat sementara selama dua hari guna menjembatani komunikasi antarpartai dan mencari titik temu politik. “Ada mayoritas di parlemen yang sama-sama ingin menghindari pemilu baru,” ujarnya dalam wawancara televisi yang banyak dinantikan pada Rabu malam.
Anggaran Negara
Lecornu menyebut sebagian besar anggota parlemen sepakat bahwa prioritas utama adalah mengesahkan anggaran negara sebelum akhir tahun. Meski jalan menuju pembentukan pemerintahan baru masih rumit karena perbedaan tajam antarfraksi menjelang pemilihan presiden 2027.
Kebuntuan politik di Prancis berawal dari pemilu sela pada Juli 2024, yang menghasilkan parlemen tanpa mayoritas. Situasi ini membuat pemerintah kesulitan meloloskan berbagai kebijakan penting, termasuk anggaran negara dan reformasi ekonomi untuk menekan utang nasional yang mencapai €3,4 triliun atau 114% dari PDB, tertinggi ketiga di zona euro setelah Yunani dan Italia.
Dua perdana menteri sebelumnya, Michel Barnier dan François Bayrou, sama-sama jatuh. Mereka gagal mendapatkan dukungan parlemen atas kebijakan penghematan yang mereka ajukan.
Lecornu mengungkapkan rancangan anggaran baru akan dipresentasikan minggu depan, dan membuka ruang untuk debat terbuka di parlemen. Ia juga menyinggung perlunya mengulas kembali reformasi pensiun kontroversial Macron, yang menjadi pemicu demonstrasi besar pada 2023.
Oposisi
Sementara itu, oposisi kiri dan kanan tetap menentang pemerintahan Macron. Pemimpin kiri radikal Mathilde Panot dari partai France Unbowed menyerukan pengunduran diri presiden, sementara tokoh sayap kanan Marine Le Pen menegaskan akan menolak setiap pemerintahan baru.
Di sisi lain, Macron kini tampak semakin terisolasi secara politik, bahkan dari lingkaran dekatnya. Mantan perdana menteri Édouard Philippe dan sekutunya Gabriel Attal secara terbuka menyatakan ketidaksepahaman terhadap arah politik presiden.
Meski demikian, Lecornu menegaskan bukan waktu yang tepat untuk mengganti presiden. “Prancis membutuhkan sosok yang stabil dan diakui secara internasional di tengah situasi global yang sulit,” ujarnya.
Macron sendiri belum memberikan pernyataan publik sejak pengunduran diri Lecornu, namun menurut laporan Élysée, ia akan menyampaikan pidato resmi kepada rakyat Prancis dalam waktu dekat. (BBc/Z-2)