
Sebagai seorang ayah, menafkahi anak adalah kewajiban suci yang tidak bisa diabaikan. Namun, apa jadinya jika seorang ayah lalai dalam tanggung jawab ini?
Sindiran pedas tentang azab ayah yang tidak menafkahi anaknya menjadi pengingat keras akan konsekuensi dunia dan akhirat. Dalam Islam, kewajiban menafkahi anak diatur jelas dalam Al-Qur’an dan hadits.
Artikel ini akan membahasnya dengan bahasa sederhana dan dalil yang kuat.
Mengapa Menafkahi Anak adalah Kewajiban Ayah?
Dalam Islam, ayah adalah penanggung jawab utama untuk memenuhi kebutuhan anak, termasuk sandang, pangan, dan pendidikan. Ini bukan sekadar tugas, tetapi amanah dari Allah SWT. Seorang ayah yang mengabaikan kewajiban ini tidak hanya menyengsarakan anaknya, tetapi juga menarik murka Allah. Sindiran pedas azab ayah yang tidak menafkahi anaknya sering muncul untuk menyadarkan mereka yang lalai.
Dalil Al-Qur’an tentang Kewajiban Menafkahi Anak
Al-Qur’an dengan tegas menyebutkan kewajiban menafkahi keluarga, termasuk anak. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 233, Allah berfirman:
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ
Transliterasi: Wa ‘alaa al-mawluudi lahu rizquhunna wa kiswatuhunna bil-ma’ruuf
Artinya: Dan kewajiban ayah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. (QS. Al-Baqarah: 233)
Ayat ini menegaskan bahwa ayah wajib memberikan nafkah dengan cara yang baik. Mengabaikan kewajiban ini adalah dosa besar yang bisa mendatangkan azab.
Hadits Shahih tentang Tanggung Jawab Ayah
Rasulullah SAW juga menegaskan pentingnya menafkahi keluarga dalam sebuah hadits shahih:
كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ
Transliterasi: Kafaa bil-mar’i itsman an yudhayyi’a man yaquut
Artinya: Cukuplah seseorang dianggap berdosa jika ia menyia-nyiakan orang yang wajib ia nafkahi. (HR. Abu Dawud)
Hadits ini menjadi sindiran pedas bagi ayah yang tidak menafkahi anaknya. Menelantarkan anak bukan hanya dosa, tetapi juga tanda lemahnya iman.
Azab Dunia dan Akhirat bagi Ayah yang Lalai
Ayah yang tidak menafkahi anaknya akan menghadapi konsekuensi di dunia dan akhirat. Di dunia, anak-anak yang terlantar bisa tumbuh dengan luka batin, kehilangan kepercayaan, dan kesulitan hidup. Ini adalah beban berat bagi sang ayah. Di akhirat, azab yang lebih pedih menanti, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah An-Nisa ayat 10:
إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَىٰ ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا ۖ وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا
Transliterasi: Innal-ladziina ya’kuluuna amwaalal yataamaa zhulman innamaa ya’kuluuna fii butuunihim naaraa, wa sayashlauna sa’iiraa
Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka menelan api ke dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala. (QS. An-Nisa: 10)
Meski ayat ini berbicara tentang harta anak yatim, prinsipnya juga berlaku untuk ayah yang sengaja tidak memberikan nafkah kepada anaknya. Ini adalah peringatan keras bahwa azab Allah tidak main-main.
Sindiran Pedas untuk Ayah yang Tidak Bertanggung Jawab
Seorang ayah yang tidak menafkahi anaknya sering kali merasa dirinya bebas dari tanggung jawab. Namun, sindiran pedas azab ayah yang tidak menafkahi anaknya mengingatkan bahwa Allah Maha Melihat. Setiap tetes keringat anak yang kelaparan, setiap air mata anak yang terlantar, akan menjadi bukti di hadapan Allah. Bukankah lebih baik berusaha keras demi anak daripada menanggung malu di dunia dan azab di akhirat?
Cara Menghindari Azab dengan Menjalankan Kewajiban
Untuk menghindari azab, seorang ayah harus berusaha memenuhi kebutuhan anak dengan ikhlas. Berikut beberapa langkah sederhana:
- Bekerja keras: Cari rezeki yang halal untuk keluarga.
- Berdoa: Mintalah petunjuk dan kekuatan kepada Allah untuk menjalankan amanah.
- Berkomunikasi: Jika ada kesulitan, bicarakan dengan keluarga untuk mencari solusi bersama.
- Taubat: Jika pernah lalai, segera bertaubat dan perbaiki diri.
Kesimpulan
Sindiran pedas azab ayah yang tidak menafkahi anaknya adalah pengingat bahwa tanggung jawab ayah bukanlah hal sepele. Al-Qur’an dan hadits dengan jelas menunjukkan betapa seriusnya kewajiban ini. Jangan sampai kelalaian duniawi membawa azab abadi. Mari jadilah ayah yang bertanggung jawab, karena anak adalah amanah dari Allah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya.