
SERANGAN udara Israel di Jalur Gaza, Palestina, terus berlangsung meskipun Presiden AS Donald Trump telah meminta Tel Aviv untuk segera menghentikan pengeboman pada Jumat (3/10) setelah Hamas memberikan tanggapan atas rencana perdamaian yang diajukan Washington.
Juru bicara pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, menegaskan pada Minggu (5/10) bahwa belum ada kesepakatan gencatan senjata yang berlaku.
"Meski beberapa pengeboman telah berhenti di Jalur Gaza, belum ada gencatan senjata yang berlaku saat ini," katanya seperti dikutip BBC News, Senin (6/10).
Bedrosian menyampaikan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menginstruksikan militer untuk tetap merespons jika pasukan menghadapi risiko di lapangan.
"Untuk membalas tembakan demi tujuan pertahanan, jika ada ancaman terhadap nyawa mereka di medan perang di Gaza," sebutnya.
Serangan di Lapangan masih Aktif
Laporan dari Gaza menyebutkan serangan udara dan tembakan tank Israel berlangsung hingga Minggu (5/10) dini hari, merobohkan sejumlah bangunan tempat tinggal di Kota Gaza.
Seorang koresponden BBC yang berada di dekat perbatasan, di Kibbutz Be'eri, mendengar ledakan dan melihat kepulan asap pada Minggu pagi. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan 65 korban tewas dalam 24 jam terakhir menjelang tengah hari.
Seruan AS Hentikan Pengeboman demi Sandera
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menyampaikan bahwa penghentian pengeboman diperlukan demi kelancaran pembebasan sandera.
"Anda tidak bisa membebaskan sandera saat pengeboman masih berlangsung, itu harus dihentikan, tetapi Anda juga harus mengurus logistik lain," kata Rubio dalam wawancara dengan CBS News, Minggu (5/10).
"Kami ingin membebaskan para sandera sesegera mungkin," tambahnya.
Rencana perdamaian 20 poin dari AS mencakup penghentian pertempuran secara langsung dan pembebasan 48 sandera dengan imbalan ratusan warga Gaza yang ditahan Israel.
Netanyahu, dalam pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu, menyatakan optimisme atas kemajuan negosiasi. Ia berharap dapat mengumumkan pembebasan para sandera dalam beberapa hari mendatang.
Menurut Bedrosian, perdana menteri juga telah menyepakati tenggat waktu terbatas untuk rundingan.
"Perundingan akan dibatasi maksimal beberapa hari," sebutnya.
Delegasi Siap Bertolak ke Mesir
Netanyahu telah memerintahkan pengiriman delegasi Israel pada Senin untuk mengikuti pembicaraan kunci. Dari kubu lawan, delegasi Hamas yang dipimpin kepala negosiator Khalil al-Hayya dijadwalkan tiba di Kairo pada Minggu malam.
Sejumlah tokoh lain yang akan hadir antara lain utusan khusus AS Steve Witkoff, menantu Trump Jared Kushner, serta Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Putaran perundingan ini disebut sebagai salah satu yang paling menentukan sejak perang dimulai dan berpotensi membuka jalan menuju akhir konflik.
Respons Hamas yang tidak Terduga
Banyak warga Palestina menilai tanggapan Hamas terhadap proposal AS sebagai langkah mengejutkan. Sebelumnya, indikasi kuat menunjukkan Hamas siap menolak atau mengajukan syarat keras terhadap rencana Trump.
Namun dalam pernyataannya kali ini, Hamas tidak memasukkan garis merah tradisional, langkah yang dinilai sebagai sinyal ada tekanan eksternal.
Seorang pejabat senior Palestina mengatakan kepada BBC bahwa mediator dari Qatar, Mesir dan Turki memiliki peran penting dalam membujuk Hamas untuk melonggarkan penolakannya.
Isu-isu panas seperti masa depan persenjataan, tata kelola Gaza pascaperang, dan poin keberatan lain disepakati dibawa ke meja negosiasi.
Meski begitu, sejumlah warga Gaza memperingatkan risiko dari fleksibilitas ini. Setiap hari keterlambatan dinilai berujung pada bertambahnya korban, kehancuran, dan pengungsian massal.
Keputusan Hamas ikut berunding tanpa prasyarat juga dianggap mencerminkan keterbatasan kekuatan setelah hampir dua tahun konflik.
Ancaman dari Trump
Saat ditanya oleh Jake Tapper dari CNN mengenai apa yang akan terjadi jika Hamas tetap bersikeras mempertahankan kekuasaan di Gaza, Trump menjawab melalui pesan teks bahwa kelompok tersebut akan menghadapi kehancuran total.
Trump juga mengeklaim Israel telah menyetujui garis penarikan militer awal sebagai bagian dari proses bertahap.
Berdasarkan data populasi Gaza, peta penarikan yang dipublikasikan Trump berpotensi menghalangi hampir 900.000 warga Palestina untuk kembali ke rumah mereka pada tahap awal.
Garis tersebut mencakup pemisahan Rafah di selatan, Beit Hanoun dan Beit Lahia di utara, sebagian Kota Gaza, serta separuh Khan Younis dan Deir al-Balah.
Hamas sebelumnya menolak peta serupa dalam pembicaraan pada Maret dan Mei tahun ini.
Militer Israel meluncurkan operasi besar-besaran setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menculik 251 lainnya.
Sejak itu, 67.139 warga Gaza dilaporkan tewas akibat operasi Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Israel hingga kini melarang jurnalis internasional masuk secara independen ke Gaza, menyulitkan verifikasi atas klaim dari kedua pihak.
Saat para delegasi bersiap bertemu di Kairo, wilayah itu berada dalam situasi tegang. Meski ketidakpercayaan masih dalam, harapan tetap muncul bahwa pertemuan ini dapat membuka pintu menuju gencatan senjata dan pengakhiran kekerasan. (I-2)