MANADO - Warga Sulawesi Utara (Sulut) ternyata hingga kini masih tertarik untuk bekerja di Kamboja, meskipun sejumlah peristiwa kekerasan yang menimpa para pekerja di sana sudah diketahui secara luas.
Pekerjaan sebagai admin judi online maupun pelaku online scamming yang berisiko, tak menjadi alasan para warga untuk menolak ajakan kerja tersebut. Iming-iming gaji tinggi jadi daya tarik mengapa selalu saja ada warga yang ingin ke Kamboja.
Baru-baru ini, dua orang warga Kota Manado, Sulut, kembali berhasil dicegah keberangkatannya ke Kamboja oleh personel Polsek Kawasan Bandara Sam Ratulangi Manado.
Kedua warga berinisial JL (23) dan MAT (22), warga Kelurahan Paniki Bawah, Kecamatan Mapanget, diketahui hendak ke Kamboja lewat penerbangan transit Makassar pada Senin (6/10) pagi.
Polsek Kawasan Bandara Sam Ratulangi Manado, sebelum telah mendapatkan informasi tentang kedua pria tersebut yang telah direkrut melalui media sosial untuk bekerja sebagai pelaku scamming online, di mana seluruh biaya perjalanan akan ditanggung oleh perekrut itu.
"Aksi pencegahan dilakukan sekitar pukul 06.10 Wita saat personel Polsek Bandara melaksanakan patroli dan pemantauan di area check-in. Petugas berkoordinasi dengan pihak maskapai penerbangan untuk memeriksa manifest penumpang serta mencetak e-ticket kedua calon penumpang tersebut," ujar Kapolsek Kawasan Bandara Sam Ratulangi Manado, IPDA Masry didampingi Kasi Humas IPTU Agus Haryono.
Polisi sebelumnya juga telah berkoordinasi dengan Balai Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) Sulut dan Yayasan Kasih Yang Utama (YKYU) Manado untuk memastikan status keberangkatan keduanya.
Adapun kedua pria tersebut, mengaku jika mereka direkrut oleh seorang perempuan berinisial DK yang saat ini sudah berada di Kamboja. DK menawarkan pekerjaan dengan gaji Rp 13 juta per bulan dan menjanjikan seluruh biaya perjalanan serta pengurusan dokumen seperti paspor dan visa akan ditanggung.
Iming-iming gaji tinggi itulah yang membuat keduanya tertarik untuk berangkat ke luar negeri walaupun tahu akan bekerja sebagai sindikat penipuan.
"Langkah pencegahan dilakukan karena Kamboja termasuk negara tujuan yang saat ini tidak memiliki kerja sama resmi penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI)," ujar Masry.
Menurut Masry, keduanya selanjutnya mendapatkan pendampingan dan edukasi dari BP3MI Sulut serta Satgas TPPO YKYU Manado terkait prosedur resmi bekerja di luar negeri.