SEBANYAK 17 jenazah santri Pondok Pesantren atau Ponpes Al Khoziny Buduran di Sidoarjo, Jawa Timur telah teridentifikasi. Mereka adalah sebagian dari puluhan orang yang tewas dalam insiden ambruknya bangunan musala di ponpes tersebut pada akhir September lalu.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Sebagian jenazah korban telah diidentifikasi oleh tim Disaster Victim Identification (DVI) Kepolisian Daerah Jawa Timur. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut proses identifikasi terhadap korban yang lain masih berlangsung di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya.
"Sebanyak 17 jenazah telah diidentifikasi dan sisanya masih dalam proses," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan tertulis pada Selasa, 7 Oktober 2025. Jenazah yang telah teridentifikasi kemudian dikembalikan ke keluarga untuk proses pemakaman.
Saat ini, tim search and rescue (SAR) gabungan telah merampungkan proses evakuasi dan pembersihan situs musala yang ambruk. BNPB mencatat ada 63 korban meninggal yang telah dievakuasi dari lokasi, dengan 61 di antaranya dalam keadaan utuh. BNPB juga menemukan tujuh potongan tubuh yang mereka yakini milik dua orang yang belum ditemukan jenazahnya.
Menurut Abdul Muhari, lokasi kejadian akan disterilkan dari sisa-sisa temuan jenazah, limbah maupun zat-zat yang berbahaya. Upaya itu termasuk disinfeksi dan pembersihan lingkungan agar tidak mencemari sekitar area. "Proses ini akan dilakukan mulai hari ini oleh dinas kesehatan setempat dan Pusat Krisis Kesehatan," ucap Abdul.
Selain itu, kata dia, tim juga akan meninjau kembali tempat pembuangan puing dengan tujuan mencari obyek potongan tubuh manusia. "Yang bisa jadi terbawa oleh truk pengangkut sampai titik akhir pembuangan," tuturnya.
Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, ambruk pada Senin, 29 September 2025 pukul 15.00 WIB. Saat itu, para santri putra melaksanakan salat ashar berjamaah di lantai dasar, sementara bangunan berlantai empat. Pembersihan puing dan evakuasi korban masih berlanjut hingga sepekan kemudian.
Jumlah keseluruhan korban insiden ambruknya musala di Ponpes Al Khoziny Buduran mencapai 167 jiwa. Selain 63 korban meninggal, ada 104 orang yang selamat dan terluka.
Para orang tua santri Ponpes Al Khoziny menuntut penegakan hukum dalam kasus robohnya bangunan di pesantren ini. Pihak keluarga yang menjadi korban meminta pertanggung jawaban kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Salah satu perwakilan keluarga, Fauzi mengatakan bahwa diduga ada human error dalam kejadian ini. Terlebih, petugas dan pakar telah menyatakan bahwa ada kegagalan konstruksi dalam bangunan yang ambruk. “Berarti ada pelanggaran di situ dan harus diproses,” kata Fauzi kepada Tempo, Senin 6 Oktober 2025.
Sementara Polda Jawa Timur enggan berkomentar soal penyidikan ambruknya ponpes tersebut. Polisi menegaskan masih fokus membantu proses evakuasi korban. “Nanti (penyidikan), kami masih fokus pada sisi kemanusiaan,” kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Timur Komisaris Besar Jules Abraham Abast pada Selasa, 7 Oktober 2025.
Hanaa Septiana berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Pilihan editor: Penjelasan Menteri Muhaimin Atas Bangunan Ambruk di Ponpes Al Khoziny