BADAN Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) mengungkap alasan menyebut aksi unjuk rasa hari ini dengan nama “Rapat Dengar Pendapat Warga”. Aksi itu rencananya akan digelar di gerbang utama Gedung DPR.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Wakil Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI 2025 Bima Surya mengatakan, penamaan itu merupakan pelesetan dari rapat dengar pendapat umum atau RDPU yang sering digelar DPR. Namun, menurut Bima, RDPU di Senayan kebanyakan hanya sekadar formalitas.
“Dan terkesan sebagai politik tokensime, maka dari itu kami membuat tandingan dari RDPU dengan mengadakan RDPW,” kata Bima ketika dihubungi pada Senin, 6 Oktober 2025.
Bima menjelaskan, aksi hari ini didasari oleh kekecewaan terhadap cabang kekuasaan, baik eksekutif, legislatif, dan yudikatif yang tidak berpihak kepada kepentingan rakyat dan mendengarkan aspirasi rakyat. RDPW, tutur dia, adalah unjuk rasa yang dikemas dalam bentuk kreatif. Aksi itu tidak hanya diisi dengan orasi maupun mimbar bebas, tetapi juga dengan pertunjukan teatrikal, permainan, dan bentuk pertunjukan kesenian lainnya.
Ia mengatakan bahwa unjuk rasa ini diinisiasi bersama dengan elemen masyarakat sipil lainnya. “Sedari awal memang bergabung dengan 15 organ yg termasuk dalam BEM, serikat buruh, dan lembaga swadaya masyarakat lainnya,” ujar Bima. Adapun peserta aksi dari elemen BEM UI diperkirakan kurang dari 100 mahasiswa.
Aksi ini masih berkaitan dengan gelombang demonstrasi besar-besaran yang berlangsung pada akhir Agustus 2025 lalu. BEM UI menyoroti bahwa ratusan pendemo yang terlibat dalam gelombang protes tersebut masih ditahan oleh kepolisian.
“Kami menegaskan bahwa selama keadilan belum ditegakkan dan suara rakyat masih dibungkam, kami akan terus bersuara, terus mendesak, dan terus turun ke jalan demi memastikan bahwa kekuasaan tidak dijalankan tanpa tanggung jawab kepada rakyat,” kata Bima dalam pernyataan sikap BEM UI.
BEM UI menyatakan tidak akan tinggal diam ketika keadilan diinjak-injak dan demokrasi dilumpuhkan. “Sebab kedaulatan sejati berada di tangan rakyat, bukan di kursi kekuasaan,” ujar dia.