TIGA artikel di kanal nasional mengenai mantan menteri pendidikan dan kebudayaan Anies Baswedan hingga insiden Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, menjadi berita terpopuler pada Senin, 6 Oktober 2025. Pembaca menyoroti pernyataan Anies Baswedan mengenai kritik pendidikan di Indonesia. Mantan calon presiden di Pilpres 2024 ini bilang sistem pendidikan Indonesia sudah ketinggalan zaman.
Dua berita lain berkaitan dengan insiden Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, yakni menyangkut jumlah korban insiden dan keluarga korban yang minta pertanggungjawaban. Berikut rangkuman tiga berita tersebut:
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
1. Kritik Anies soal pendidikan di Indonesia
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, menyebut sistem pendidikan di Indonesia sudah ketinggalan zaman dan tidak lagi relevan. Kritik itu ia sampaikan saat menjadi pembicara dalam forum ASEAN for the Peoples Conference di The Sultan Hotel, Jakarta, pada Ahad, 6 Oktober 2025.
Bagi Anies ada dua hal yang menjadi catatannya atas penyelenggaraan pendidikan di tanah air. Pertama, sistem pendidikan yang digunakan Indonesia saat ini sudah kuno. Sistem, kurikulum, cara mengajar guru, bahkan tata ruang kelas masih menggunakan pola lama.
Anies melanjutkan, sistem pendidikan yang saat ini diterapkan di Indonesia merupakan sistem yang dirancang untuk era industri. Menurut dia, sistem ini tidak cocok diterapkan di zaman serba digital seperti saat ini.
Masalah kedua, Anies berpandangan pendidikan di Indonesia masih dibelenggu oleh sederet ketimpangan akses. Baik antara anak yang tinggal di kota dan di daerah, maupun antara anak dari keluarga kaya dan dari keluarga miskin.
Bukan hanya ketimpangan akses terhadap guru, fasilitas, dan sekolah semata, menurut Anies, yang paling menjadi masalah adalah ketimpangan akses atas peluang untuk bermimpi dan membayangkan masa depan.
Baca selengkapnya di sini.
2. Jumlah korban Insiden runtuhnya Pondok Pesantren Al Khoziny
Jumlah korban meninggal akibat insiden runtuhnya musala di Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur, terus bertambah. Korban tewas yang telah ditemukan tim evakuasi hingga Ahad tengah malam, 5 Oktober 2025 mencapai 49 orang.
Dalam upaya evakuasi Ahad kemarin, tim search and rescue (SAR) gabungan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) masih menemukan jasad di antara reruntuhan. Pada Minggu, 4 Oktober 2025 malam sebelumnya, jumlah korban meninggal yang telah ditemukan adalah sebanyak 25 orang.
Angka itu bertambah 24 orang lagi menjadi 49 setelah pencarian pada Ahad pukul 00.00 WIB hingga 23.30 WIB. "Sebanyak 24 jenazah telah ditemukan, termasuk empat potongan tubuh manusia," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan tertulis, Ahad, 5 Oktober 2025.
Abdul mengatakan seluruh jenazah dan bagian tubuh itu telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya, untuk diidentifikasi. Setelah temuan jenazah terbaru, korban yang masih hilang saat ini ada 14 orang.
Baca berita lengkapnya di sini.
3. Orang tua santri Ponpes Al Khoziny menuntut pertanggungjawaban
Perwakilan orang tua santri Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo menuntut agar proses penegakan hukum ditegakkan pada kasus robohnya bangunan di pesantren ini. Pihak keluarga yang menjadi korban meminta pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Salah satu perwakilan keluarga, Fauzi mengatakan bahwa diduga ada human error dalam kejadian ini. Terlebih, petugas dan pakar telah menyatakan bahwa ada kegagalan konstruksi dalam bangunan yang ambruk. “Berarti ada pelanggaran di situ dan harus diproses,” kata Fauzi kepada Tempo, Senin 6 Oktober 2025.
Polisi, kata dia, harus segera memproses hukum terhadap pihak yang bertanggung jawab. Orang tua tak peduli apakah mereka bagian dari keluarga pengelola pondok pesantren atau bukan. “Jangan hanya fokus evakuasi, penegakan hukum juga harus berjalan beriringan,” ucap pria asal Madura ini.
Baca berita lengkapnya di sini.