
DI tengah kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan yang tidak hanya aman tetapi juga ramah lingkungan, IHC Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP) sebagai bagian dari PT Pertamina Bina Medika IHC (Holding RS BUMN), menghadirkan sebuah inovasi baru. Melalui filosofi “Patient Safety Meets Sustainability”, IHC RSPP berhasil mengintegrasikan keselamatan pasien dengan prinsip keberlanjutan lingkungan secara strategis dan operasional.
Inovasi ini mengantarkan RSPP meraih PERSI Award 2025 kategori Green Hospital, sebuah penghargaan bergengsi di sektor kesehatan yang diselenggarakan Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) untuk memberikan pengakuan kepada rumah sakit yang menunjukkan keunggulan dan inovasi dalam meningkatkan kualitas mutu, keselamatan pasien, dan keberlanjutan layanan.
Direktur RSPP, dr. Neny Herawati, menyampaikan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil dari sinergi antara inovasi, kolaborasi, dan budaya organisasi yang kuat. Menurutnya, keselamatan pasien dan keberlanjutan lingkungan bukanlah dua hal yang berdiri sendiri, melainkan satu kesatuan yang saling memperkuat.
“Kami percaya bahwa keselamatan pasien tidak bisa dipisahkan dari keselamatan lingkungan. Lingkungan rumah sakit yang aman, bersih, dan dikelola secara berkelanjutan adalah bagian integral dari mutu layanan kesehatan. Di IHC RSPP, setiap inovasi yang kami jalankan selalu diuji dari dua sisi, apakah aman bagi pasien dan apakah ramah lingkungan. Filosofi ini menjadi landasan kami dalam membangun budaya Green Hospital yang bukan hanya teknis, tetapi juga menyentuh aspek edukasi, kolaborasi lintas unit, dan komitmen jangka panjang,” ujarnya.
Namun, dr. Neny juga menekankan bahwa pencapaian ini tidak lepas dari tantangan yang kompleks. Menurutnya, salah satu tantangan terbesar adalah perubahan perilaku sumber daya manusia. Di awal program, pemilahan limbah sering dianggap sebagai tambahan beban kerja. Sehingga harus melakukan pendekatan edukatif yang berulang, menunjukkan dampak nyata terhadap keselamatan pasien agar resistensi bisa berkurang.
“Tantangan lainnya adalah penyediaan sarana prasarana yang konsisten, mulai dari wadah pemilahan, sistem pengangkutan, hingga ruang penyimpanan. IHC RSPP mengatasinya dengan perencanaan bertahap dan dukungan penuh dari manajemen. Koordinasi lintas unit juga menjadi tantangan birokratis, namun regulasi internal dan kemitraan resmi menjadi kunci agar alur kerja tetap berjalan lancar. Kami percaya bahwa keberlanjutan bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal komitmen dan konsistensi,” tambahnya.
Berbeda dari pendekatan konvensional yang memisahkan program keselamatan pasien dan green hospital, IHC RSPP secara eksplisit memadukan keduanya. Contoh nyatanya adalah pengelolaan limbah plastik non-B3 seperti plabot dan jerigen HD melalui prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle), serta pengumpulan Used Cooking Oil (UCO) dari instalasi gizi untuk diolah menjadi biodiesel. Kedua program ini tidak hanya berdampak pada pengurangan pencemaran, tetapi juga meningkatkan keselamatan pasien dan staf rumah sakit.
IHC RSPP menempatkan pengelolaan limbah sebagai fondasi awal menuju Green Hospital. Dengan pendekatan berbasis data dan indikator kinerja, rumah sakit ini berhasil mendaur ulang 100% limbah plastik non-B3 setiap tahun sejak 2020, dengan total volume mencapai 16.707,39 kg hingga semester pertama 2025. Sementara itu, program UCO telah mengumpulkan 1.307,42 liter minyak jelantah, memberikan nilai ekonomi sekaligus mencegah pencemaran air dan tanah. (H-2)