PERWAKILAN orang tua santri Pondok Pesantren atau Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo menuntut agar proses penegakan hukum ditegakkan pada kasus robohnya bangunan di pesantren ini. Pihak keluarga yang menjadi korban meminta pertanggung jawaban kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab atas insiden tersebut.
Salah satu perwakilan keluarga, Fauzi mengatakan bahwa diduga ada human error dalam kejadian ini. Terlebih, petugas dan pakar telah menyatakan bahwa ada kegagalan konstruksi dalam bangunan yang ambruk. “Berarti ada pelanggaran di situ dan harus diproses,” kata Fauzi kepada Tempo, Senin 6 Oktober 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Fauzi melanjutkan, polisi harus segera memproses hukum terhadap pihak yang bertanggung jawab. Orang tua tak peduli apakah mereka bagian dari keluarga pengelola pondok pesantren atau bukan. “Jangan hanya fokus evakuasi, penegakan hukum juga harus berjalan beriringan,” ucap pria asal Madura ini.
Fauzi menilai, sebagian orang tua korban memilih untuk diam dan mengikhlaskan anak-anaknya yang menjadi korban. Hal ini terjadi karena kultur santri-kyai yang kuat. “Ini jadi hambatan orang tua untuk menuntut ini dan itu,” ucapnya.
Menurut Fauzi, kejadian ini menjadi pelajaran untuk ke depan, termasuk untuk pondok pesantren lainnya. Terlebih, sebagian pesantren tidak punya Izin Mendirikan Bangunqn (IMB). “Saya baca tadi di berita, dari 45 ribu pesantren di Indonesia, hanya 50 yang punya IMB. Kejadian ini harusnya bisa dijadikan pelajaran agar pesantren lainnya tidak seperti ini,” tuturnya.
Fauzi menambahkan, dirinya juga sudah mencari tahu terkait kabar santri-santri yang diikutkan menjadi tukang bangunan dengan melakukan pengecoran. Menurut dia, kabar itu benar. Dia pun sangat menyayangkan hal itu terjadi karena hal itu tidak termasuk dalam kurikulum pembelajaran santri.
“Saya tanya ke warga setempat, katanya memang benar. Kalau seperti itu ya engga bisa. Kan tidak masuk kurikulum santri,” ucapnya.
Selain itu, Fauzi berharap pemerintah menutup sementara pondok pesantren tersebut. Kemudian, dibangun ulang dengan konstruksi yang sesuai standar.
Sebagai informasi, Fauzi merupakan orang tua salah satu santri yang selamat dalam kejadian itu. Namun, keempat keponakannya menjadi korban meninggaldan belum bisa diidentifikasi hingga saat ini.
Badan Nasional Penangan Bencana atau BNPB menemukan 11 jenazah dalam pencarian yang berlangsung pada Senin, 6 Oktober 2025.
Temuan tersebut menambah deretan korban meninggal menjadi 60 orang. "Pada hari Senin mulai pukul 00.00 WIB hingga 18.15 WIB, tim pencarian dan pertolongan telah menemukan 11 jenazah di bawah puing reruntuhan musala Al Khoziny," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam keterangan tertulis, Senin.
Setelah penemuan 11 korban hari ini, Abdul menyebut jumlah korban yang masih dalam pencarian kini menjadi tiga orang. "Jumlah ini adalah data perkiraan sementara berdasarkan daftar absensi yang dikeluarkan oleh pihak pondok pesantren," kata dia.