Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan keamanan siber, Trend Micro Incorporated, menunjuk Fetra Syahbana sebagai Country Manager Trend Micro Indonesia.
Penunjukan ini mempertegas komitmen perusahaan untuk mengakselerasi transformasi keamanan siber di Indonesia, dengan fokus pada pencapaian hasil keamanan yang lebih proaktif dan prediktif.
Bagaimana sepak terjang Fetra Syahbana di industri teknologi dari cloud hingga keamanan siber? Berikut ini profilnya.
Mengutip keterangan resmi perusahaan, Senin (6/10/2025), Fetra memiliki pengalaman lebih dari dua dekade dalam mendorong transformasi digital dan pertumbuhan bisnis di kawasan Asia Tenggara.
Lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan matematika ini memiliki kombinasi latar belakang teknis dan bisnis yang mumpuni.
Karier Fetra dimulai sebagai application engineer dan terus menanjak ke posisi strategis serta operasional.
Sebelum bergabung dengan Trend Micro, ia menduduki posisi penting, termasuk Head of Growth & Emerging Markets Nutanix ASEAN serta peran kepemimpinan di IBM Indonesia dan F5 Networks.
Dorong Bisnis Beradaptasi
Saat menjabat di Nutanix, Fetra sukses memimpin strategi bisnis dan ekspansi di pasar berkembang seperti Indonesia, Thailand, dan Filipina.
Fokusnya adalah pada modernisasi infrastruktur bagi sektor keuangan, pemerintahan, dan industri lainnya.
Bahkan, pada masa sulit pandemi COVID-19 tahun 2020, Fetra berhasil memosisikan Nutanix sebagai penyedia solusi cloud yang fleksibel dan skalabel, membantu bisnis beradaptasi dengan model kerja jarak jauh (remote work).
Kombinasi pengalaman ini dinilai vital untuk memperkuat posisi Trend Micro di Indonesia, yang kini semakin membutuhkan solusi keamanan siber yang cerdas, gesit (agile), dan patuh pada regulasi.
Paradigma Baru Keamanan Siber
Langkah strategis penunjukan Fetra Syahbana sejalan dengan inovasi terbaru Trend Micro, yakni peluncuran Trend Vision One Agentic SIEM.
Teknologi kecerdasan buatan (AI) generasi baru ini dirancang untuk membantu pemimpin SecOps (Security Operations) mengurangi risiko keamanan secara proaktif.
Agentic SIEM merupakan teknologi berbasis Agentic AI yang secara khusus mengatasi tantangan lama dalam Security Information and Event Management (SIEM), seperti tingginya biaya, kompleksitas operasional, banjir notifikasi (alert), dan data lake yang pasif.
Dibangun dengan AI generasi baru, Agentic SIEM mampu ‘berpikir, belajar, dan bertindak’ secara otomatis dan proaktif. Sistem ini menyaring ‘kebisingan’ notifikasi, secara signifikan mengurangi beban kerja tim keamanan yang terbatas.
Tugas yang sebelumnya memakan waktu berminggu-minggu kini dapat dijalankan secara otomatis karena Agentic AI terus belajar, memetakan, dan mengoptimalkan data.
Konsep Digital Twin
Inovasi ini semakin kuat ketika digabungkan dengan kemampuan Digital Twin. Konsep Digital Twin menciptakan simulasi dinamis high-fidelity dari infrastruktur organisasi.
Ini memungkinkan tim keamanan untuk menjalankan skenario serangan yang realistis, menguji pertahanan, dan menyesuaikan kebijakan keamanan secara aman di lingkungan virtual. Dengan demikian, tim dapat mengantisipasi ancaman sebelum masuk ke sistem nyata.
“Kombinasi Agentic SIEM dan Digital Twin menawarkan kerangka kerja terpadu dan proaktif untuk mengelola risiko siber di seluruh infrastruktur perusahaan,” ujar perusahaan dalam keterangannya.
Antusiasme Fetra Syahbana
Menanggapi peran barunya, Fetra Syahbana menyampaikan peluang dan tantangan transformasi digital di berbagai sector.
"Indonesia adalah pasar strategis dengan laju digitalisasi yang sangat cepat. Transformasi digital di sektor publik, jasa keuangan, dan industri lainnya membuka peluang besar, namun juga membawa tantangan keamanan yang kompleks,” ujarnya.
Ia menegaskan pentingnya perubahan pendekatan. "Kita harus beralih dari pendekatan reaktif ke strategi yang mampu mendeteksi, memprediksi, dan merespons dengan kecepatan yang sama--bahkan lebih cepat--daripada pelaku ancaman."
Fetra melihat Agentic SIEM dan Digital Twin sebagai pergeseran paradigma. "Ini bukan hanya sekadar fitur baru; ini adalah paradigma yang memberi tim keamanan alat untuk membantu organisasi menjadi lebih tangguh dan patuh pada regulasi," ia memungkaskan.