INFO NASIONAL - Data Bappenas mencatat hanya 18,47 persen mahasiswa Indonesia yang lulus dari bidang Science, Technology, Engineering, dan Mathematics (STEM). Masih tertinggal dibanding Malaysia yang mencapai 37,19 perss dan Singapura sebanyak 34,30 persen.
Pertamina pun mencoba mendorong minat pembelajaran STEM dengan berkolaborasi bersama SMKN Nusawungu Cilacap melalui program Sekolah Energi Berdikari (SEB) STEM, sebagai pusat edukasi sains dan energi terbarukan berbasis eksperimen dan proyek nyata.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
"Sekolah kami mendapat dukungan instalasi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 3.300 watt peak berikut baterai 5.500 watt hours, implementasi PLTS ini mendukung kegiatan pembelajaran praktik kelistrikan dengan sumber energi bersih dan mandiri di sekolah kami," ujar Sri Windiarti, Kepala SMKN Nusawungu Cilacap.
Selain itu, dia mengungkapkan, SMKN Nusawungu memiliki laboratorium bengkel untuk praktik siswa dan siswi. Seluruh peralatannya sudah bisa menggunakan sistem kelistrikan modern yang ramah lingkungan.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso mengatakan, pada 2024 Pertamina telah menghadirkan 23 SEB di berbagai wilayah Indonesia.
“Program ini memberikan dampak signifikan, baik dari sisi pendidikan, lingkungan, maupun efisiensi energi. Tercatat sebanyak 10.647 siswa telah memahami pemanfaatan energi terbarukan, sementara 691 guru turut menerima dampak positif melalui materi pembelajaran yang lebih inovatif dan aplikatif,” terang Fadjar.
Pada 2025 ini, Pertamina melanjutkan komitmennya dengan pengembangan Sekolah Energi Berdikari berbasis STEM di 10 lokasi baru dan 10 lokasi SEB eksisting untuk dapat naik kelas.
Saat ini sudah terdapat 5 sekolah yang mendapatkan instalasi energi terbarukan PLTS dengan kapasitas energi terpasang sebesar 16.500 watt peak dan kapasitas penyimpanan energi menggunakan baterai sebesar 25.000 watt hours.
Fadjar menjelaskan, pemanfaatan energi surya ini mampu mengurangi emisi karbon hingga 22.650 kg CO ekuivalen per tahun serta memberikan efisiensi biaya listrik sekolah sebesar Rp34,7 juta per tahun.
“Listrik yang terinstal di masing-masing sekolah digunakan untuk laboratorium, peralatan komputer dan peralatan belajar mengajar lainnya,” kata Fadjar.
Fadjar memerinci beberapa lokasi yang sudah selesai dalam implementasi EBT tahun 2025 ini, di antaranya SMKN Nusawungu Kabupaten Cilacap, SMP Wisata Sanur Denpasar Selatan, SMPN 2 Jenu Kabupaten Tuban, SDN Ciptomulyo 1 Kota Malang dan SMP Islam Al-Azhar 27 YPKS Kota Cilegon.
Inisiatif ini juga sejalan dengan komitmen Pertamina dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin 4 terkait Pendidikan Berkualitas, dan poin 7 terkait Energi Bersih dan Terjangkau.
Pertamina akan terus memperluas program Sekolah Energi Berdikari agar semakin banyak sekolah dan peserta didik yang dapat merasakan manfaatnya.
Kami berharap program ini tidak hanya menumbuhkan kesadaran energi bersih, tetapi juga memotivasi generasi muda untuk berinovasi menciptakan solusi energi berkelanjutan bagi bangsa. (*)