Tekanan Politik, YouTube Buka Akses Pelaku 'Penyebar Misinformasi' yang Diblokir

1 day ago 9
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online

Liputan6.com, Jakarta - YouTube baru saja membuka izin bagi pengguna yang diblokir beberapa tahun silam untuk kembali mengakses platform-nya. 

Setelah diselidiki, penerapan aturan ini berlaku bagi penyebar konten misinformasi tentang pemilu Amerika Serikat (AS) 2020 dan Covid-19.

Mengutip CNN, Rabu (15/10/2025), awal mula dari kasus ini adalah tekanan politik yang diberikan oleh kubu Demokrat dari mantan Presiden AS, Joe Biden (saat masih menjabat) kepada jajaran perusahaan perangkat lunak dan media sosial, seperti Meta dan Google.

Terkait konteks paksaan di atas, Partai Republik (kubu Donald Trump) menuduh desakan tersebut berfokus pada tindakan sensorhip atau pun menghapus konten yang dirasa bersebrangan atau menyebarkan misinformasi dari sisi Demokrat.

Apa Dampak Bagi Republican?

Selain memberikan paksaan, mereka juga merasa menjadi korban atas hak kebebasan berekspresi pada tahun 2020. Sebab, dengan disensornya konten postingan dari kubu konservatif, suara dan pendapat tidak bisa sampai ke telinga masyarakat.

Para kreator yang ingin dan diizinkan kembali harus membuat saluran (channel) baru. Dalam kanal tersebut, mereka dibebaskan mengunggah ulang konten lama karena aturan sensor dari kubu Presiden Joe Biden sudah dihapuskan.

Kapan Kebijakan ini Diterapkan dan Apa Syaratnya?

YouTube mengumumkan rencana pemberlakuan kebijakan ini sejak bulan lalu. Sekarang, kesempatan tersebut sudah bisa diakses, khususnya bagi akun yang telah dihentikan setidaknya dalam setahun.

Bagi pengguna yang ingin mengunggah ulang konten, langkah pertama adalah masuk (log in) ke akun lama mereka. Setelah masuk, di sana akan muncul opsi untuk mengajukan banding.

Proses peninjauan inilah yang akan mempertimbangkan perilaku sebelumnya dari akun pengguna. Apakah pengunggahan konten lama memenuhi syarat dan ketentuan saat ini.

Jadi, perbedaan utama dalam perizinan yang dicetuskan YouTube, ada dalam kasus pelanggaran dari si pelanggar itu sendiri. Perkara tentang hak cipta dan kebijakan tanggung jawab kreator tetap dilarang sampai saat ini.

Menurut perusahaan, langkah ini ditempuh karena mereka ingin mendapatkan kesempatan kedua dari komunitas. YouTube akan belajar sambil meninjau setiap permintaan yang masuk.

Beberapa tokoh terkemuka yang pernah terdampak aturan lama dari paksaan pembatasan konten, di antaranya akun Senator Ron Johnson dan grup Robert F. Kennedy, Jr.

Tak Hanya YouTube, Meta Ikut 'Putar Balik'

Perubahan kebijkan yang ditempuh oleh Youtube ternyatan bukan satu-satunya di dalam industri media sosial. Perusahaan teknologi lain juga melonggarkan moderasi. Salah satunya Meta yang mengakhiri kemitraan pemeriksa fakta pihak ketiga.

Mengutip CNN, CEO Meta Mark Zuckerberg menyebut langkah ini mencerminkan kebijakan perusahaan yang "kembali ke akar". 

Menurut keterangannya, Meta ingin memprioritaskan kebebasan berekspresi di media sosial, meniru langkah serupa yang sedang terjadi di seluruh Silicon Valley.

Upaya Penebusan Kesalahan

Merasa bersalah atas paksaan yang pernah terjadi, YouTube secara khusus mengirim surat ke anggota Kongres dari Partai Republik, Jim Jordan.

Surat itu menyoroti peran suara konservatif di dalam media sosial, karena pendapat mereka dinilai penting dalam wacana sipil di Amerika Serikat.

Selesaikan Perkara Lain Dengan Pemerintah

Masih beririsan dengan kasus pembatasan suara yang dilakukan oleh YouTube atas desakan dari kubu Demokrat, kini mereka harus menerima imbas dari buntut perkara tersebut.

Diwartakan CNBC, Presiden AS saat ini Donald Trump, menggugat YouTube, Facebook, dan X (sebelumnya Twitter) pada pertengahan 2021 setelah akun-akunnya di tiga laman besar itu ditangguhkan karena dianggap berisiko memicu kekerasan.

Buntut dari gugatan Presiden Trump membuat YouTube sepakat membayar USD 24,5 juta atau sekitar Rp 408 miliar untuk menyelesaikan tuntutan tersebut.

Selain YouTube, Meta juga ikut!

Pada Januari, Meta, selaku perusahaan induk Facebook sepakat membayar USD 25 juta atau sekitar Rp 415 miliar. Sebulan kemudian, platform X milik Elon Musk, sebelumnya dikenal sebagai Twitter, juga sepakat menyelesaikan kasus serupa dengan nilai sekitar USD 10 juta atau sekitar Rp 166 miliar.

Namun langkah tersebut menuai sorotan politik, sebab pada Agustus 2025, sejumlah senator Partai Demokrat, termasuk Elizabeth Warren dari Massachusetts, mengirim surat kepada CEO Google Sundar Pichai dan CEO YouTube Neal Mohan.

Infografis Pemblokiran Massal Web Streaming Ilegal