WAKIL Menteri Sosial Agus Jabo Priyono menegur Aliansi Indonesia Raya (AIR) di acara diskusi bertajuk "Pekan Prabowo-Gibran Satu Tahun untuk Indonesia Raya" di kantor Kementerian Sosial, Jakarta Pusat, pada Selasa, 14 Oktober 2025. AIR merupakan gabungan kelompok pendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka di pemilihan presiden 2024.
Agus Jabo mengatakan, ketika publik mengkritik program pemerintahan Prabowo-Gibran, kelompok relawan Prabowo-Gibran justru tak berada di garda terdepan untuk membela pemerintah. "Program pemerintah dikritik, relawan harusnya pasang badan. Bantu sosialisasikan, bukan hanya klaim mendukung (program) ini," kata Agus Jabo di kantor Kemensos, Jakarta Pusat, pada Selasa, 14 Oktober 2025.
Scroll ke bawah untuk melanjutkan membaca
Ia mengatakan tujuan teguran tersebut untuk mengajak relawan Prabowo-Gibran bersinergi dan berkolaborasi dalam menjaga dan mengamankan program pemerintah, seperti makan bergizi gratis (MBG) dan Sekolah Rakyat (SR). Penanggung jawab program MBG adalah Badan Gizi Nasional. Sedangkan penanggung jawab Sekolah Rakyat adalah Kementerian Sosial. Sekolah Rakyat dikhususkan kepada anak dari keluarga miskin.
Ketua Umum Partai Rakyat Adil Makmur (Prima) ini berharap kelompok pendukung Prabowo-Gibran semakin terpacu untuk mensosialisasikan program-program pemerintah. "Karena Presiden minta supaya program ini dipahami dan bisa segera dinikmati manfaatnya oleh masyarakat," kata dia.
Di acara yang sama, juru bicara relawan Prabowo-Gibran dari kelompok Jaringan 98, Ricky Tamba, mengatakan AIR Prabowo-Gibran memastikan akan selalu mendukung program pemerintah. Mereka akan mensukseskan program itu, khususnya MBG, Sekolah Rakyat, Sekolah Garuda, dan agenda hilirisasi pertanian.
"Relawan akan selalu mendukung akselerasi program ini, termasuk program Sekolah Rakyat yang dijalankan Kementerian Sosial," kata Ricky.
Sebelumnya, Agus Jabo menjelaskan alasan pentingnya menjalankan Sekolah Rakyat. Ia mengatakan tujuan pendirian Sekolah Rakyat dan Sekolah Garuda adalah untuk memberikan keadilan dan mencerdaskan kehidupan anak bangsa di masa mendatang, serta memutus mata rantai kemiskinan.
Ia pun mengungkap data Indikator Kesejahteraan Rakyat dan Badan Pusat Statistik (BPS) 2024 tentang angka putus sekolah. Data kedua lembaga itu menunjukkan angka putus sekolah pada tahun ajaran 2023-2024 meningkat dibandingkan tahun ajaran sebelumnya.
Data kedua lembaga itu sejalan dengan hasil survei sosial ekonomi nasional (Susenas) 2024. Yaitu, sebanyak 86,34 persen dari total anak Indonesia yang mengeyam pendidikan hingga ke tingkat sekolah menengah atas dan sederajat. Sisanya, menjadi anak putus sekolah.
Selanjutnya, data Susenas dan BPS 2024 juga mencatat bahwa sebanyak 76 persen keluarga di Indonesia mengakui anaknya putus sekolah karena faktor ekonomi. "Sekitar 64,46 persen anak dari orang tua miskin akan tetap berada dalam kategori miskin di masa depan. Maka dari itu, Presiden minta kami untuk menjalankan Sekolah Rakyat agar rantai kemiskinan diputus sejak dini," kata Agus Jabo.