Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang menggunakan media sosial karena merasa kesepian di dunia nyata. Harapannya dapat menghilangkan perasaan tersebut melalui interaksi dengan sesama penduduk dunia maya.
Namun, menurut riset, terlalu banyak menghabiskan waktu di media sosial justru membuat orang cenderung merasa kesepian. Efek ini bukan hanya mengenai remaja dan dewasa muda yang disebut-sebut sebagai warga asli dunia digital, tetapi juga berdampak pada orang dengan usia yang lebih dewasa.
Dalam penelitian yang dipimpin oleh Jessica Gorman dari Oregon State University, Amerika Serikat, ada 1.500 orang dewasa partisipan yang terlibat. Lalu, dilakukan penelitian lanjutan oleh Brian Primack pada dewasa muda.
Hasil penelitian menunjukkan, semakin sering seseorang menggunakan media sosial, seseorang tersebut semakin merasa kesepian.
“Mereka yang berada di 25 persen teratas berdasarkan frekuensi penggunaan media sosial, dibandingkan dengan mereka yang berada di 25 persen terbawah, dua kali lipat lebih memiliki kemungkinan merasa kesepian,” jelas Primack mengutip laman Earth, Jumat, 3 Oktober 2025.
Bukan Hanya Masalah Anak Muda
Selama ini, penggunaan media sosial yang berlebihan sering dikaitkan dengan kesepian pada remaja dan dewasa muda. Namun, penelitian oleh Gorman menunjukkan gejala yang serupa muncul pada orang-orang yang lebih dewasa, menjelang masa pensiun.
Penemuan tersebut mengindikasikan bahwa dampak media sosial tidak terbatas pada kelompok umur tertentu.
Cara menggunakan platform juga berperan besar pada munculnya efek ini. Kebiasaan sering mengecek media sosial secara singkat maupun menghabiskan waktu lama untuk menggulir latar ternyata bisa menggeser kualitas interaksi nyata, bahkan gagal memberi rasa keterhubungan sosial, terlepas dari usia pengguna.
“Bahkan setelah menyesuaikan semua faktor sosiodemografi yang diukur pada orang-orang dalam studi kami, kami menemukan adanya hubungan yang signifikan antara rasa kesepian dengan penggunaan media sosial secara sering atau dalam jangka waktu panjang,” jelas Gorman.
Masalah Kesehatan Akibat Kesepian
Bukan hanya sekadar perasaan tidak menyenangkan, kesepian ternyata memiliki potensi meningkatkan risiko penyakit jantung, depresi, penyalahgunaan zat, hingga kekerasan dalam hubungan intim.
Ahli bedah umum AS menyamakannya dengan efek kebiasaan merokok 15 batang per hari. Mungkin, banyak anggapan mengira media sosial dapat meredakan rasa kesepian. Namun, hasil penelitian oleh Gorman ternyata menunjukkan hal sebaliknya.
Bagi sebagian orang, semakin sering mereka menggunakan aplikasi seperti TikTok, Instagram, dan Facebook, semakin besar pula rasa kesepian yang mereka rasakan.
Banyak yang mengira masalah ini bisa muncul akibat lamanya menggunakan media sosial. Padahal, hasil penelitian menunjukkan hal berbeda. Sering membuka media sosial meski hanya sebentar bisa berdampak sama buruknya dengan jarang membuka tapi mengakses dalam waktu lama.
Orang Dewasa Lebih Rentan Terhadap Dampak Media Sosial
Hasil penelitian menunjukkan orang paruh baya dan lanjut usia lebih rentan terhadap dampak negatif media sosial. Para penulis menyebut orang dengan usia tersebut sebagai “imigran digital”, bukan generasi yang lahir sebagai pengguna media sosial.
Mereka mungkin kurang memahami aturan tak tertulis dalam berinteraksi online, atau lebih cenderung menukar waktu tatap muka dengan waktu di depan layar, yang justru memperparah rasa kesepian.
Hal tersebut dikarenakan, waktu yang banyak dipakai untuk gawai tidak benar-benar bisa memberi rasa dekat, diterima, atau punya ikatan sosial di dunia nyata.
Primack mengatakan, hingga kini belum banyak penelitian yang berfokus pada efek negatif penggunaan media sosial intens yang berfokus pada orang dewasa.
“Namun, perlu dicatat bahwa ini adalah studi korelasional, sehingga tidak bisa dipastikan apakah penggunaan media sosial menyebabkan kesepian, atau justru orang yang kesepian lebih banyak mencari media sosial. Bisa jadi keduanya saling memengaruhi,” ujarnya.