Liputan6.com, Jakarta Kanker payudara masih menjadi ancaman serius bagi wanita di seluruh dunia termasuk Indonesia. Namun deteksi dini menjadi kunci utama untuk meningkatkan peluang kesembuhan. Salah satu metode skrining paling efektif adalah mammografi atau mammogram.
Kepala Departemen Radiologi MRCCC Siloam Hospitals Semanggi Jakarta, dr. Nina I.S.H. Supit, Sp.Rad(K) mengatakan mammografi masih menjadi gold standar dalam skrining kanker payudara.
"Akurasi mammografi bisa mencapai 98 persen. Ada kelainan halus seperti mikrokalsifikasi yang tidak bisa terlihat dengan USG atau MRI, tapi bisa sangat jelas pada mammogram,” kata Nina dalam peluncuran generasi alat mammografi terbaru Mammomat B.brilliant dari Siemens Healthineers di Jakarta pada Selasa, 30 September 2025.
Nina mengatakan bahwa pada perempuan yang tidak memiliki risiko kanker payudara direkomendasikan melakukan pemeriksaan mammografi mulai usia 40 tahun. Pemeriksaan bisa dilakukan 1-2 tahun sekali untuk mendeteksi ada atau tidaknya kanker payudara.
"Namun, ada catatan. Perempuan tersebut juga tetap melakukan pemeriksaan payudara sendiri atau SADARI setiap bulannya untuk mengecek ada benjolan atau tidak di payudara. Yang punya harus tahu apa yang terjadi pada payudara," kata Nina.
Jika pada pemeriksaan SADARI menemukan benjolan maka sebaiknya segera diperiksakan untuk mengetahui benjolan apakah itu.
Mammografi pada Wanita Berisiko Tinggi Mulai Usia 35
Sementara itu, pada perempuan yang berisiko tinggi kanker payudara harus lebih dini. Seseorang dikatakan berisiko tinggi kanker payudara bila memiliki ibu atau saudara dengan kanker payudara.
"Kami di sini, usia 35 tahun sudah bisa dilakukan skrining mammografi pada perempuan yang berisiku tinggi," kata Nina.
Seperti Apa Itu Mammografi?
Nina mengungkapkan pada saat seseorang menjalani mamografi bakal dilakukan empat kali pemindaian. Masing-masing dua kali pemindaian dengan posisi berbeda pada satu sisi payudara.
Pada saat pemindaian, payudara akan dicek untuk melihat gambaran kelenjar payudara dan jaringan di sekitarnya. Dengan teknologi alat mammografi terbaru seperti Mammomat B Briliant dilengkapi sensor yang dapat menyesuaikan tekanan, sehingga mengurangi ketidaknyamanan selama pemeriksaan.
Proses pemindaian yang dibutuhkan hanya 5 detik bukan 25 detik. Lalu, sudut pemindaian pun lebih luas yakni 50 derajat.
Mendeteksi Kanker Payudara Sedini Mungkin
Di kesempatan yang sama, dokter spesialis penyakit dalam konsultan onkologi Jeffry Beta Tenggara meminta perempuan Indonesia untuk tidak takut melakukan skrining kanker payudara. Bila kanker terdeteksi dini maka penyembuhan bisa lebih cepat dan mudah ketimbang stadium lanjut.
"Kanker payudara ini punya banyak 'senjata' pengobatan yang lebih lengkap dibanding kanker lain. Kalau terdeteksi stadium dini, pengobatan bisa lebih cepat dan mudah," katanya.